Bakat Sejati



Hidup dengan berbagai kemudahan bagi sebagian orang adalah harapan serta nikmat. Namun dibalik kemudahan itu manusia terkadang diserang kemalasan dan sifat apatis.Jauh dari karya jauh dari sapa.
Kehidupan yang serba enjoy sebenarnya bukan dari tabiat manusia. Karena disana tidak ditemukan apa-apa melainkan waktu, uang, tenaga yang terbuang. Padahal manusia telah diciptakan oleh Allah dengan berbagai potensi yang unik. Ini merupakan modal satu paket yang patut digali patut di syukuri. Jika ia mengenal bakat dan potensinya, maka ia akan menjadi manusia bermanfaat dan berkualitas.
Kita tidak sedang berbicara tentang mereka yang hidup dalam kemanjaan dan kesenangan setiap saat, walaupun mereka yang hidup demikian tidak juga sebagai manusia hina. Tinggal dilihat dari karya dan produktifitasnya. Jika ia hidup santai namun jauh dari kebermanfaatan bagi orang lain serta tidak ada produktifitas yang dilahirkan, maka kehidupan yang seperti ini yang kita hindari dan tak perlu panjang lebar dibahas. Cukup di benak saya bahwa yang demikian adalah sebuah ketertipuan hidup dan merupakan pilihan hidup pada level kelas bawah.

Lantas bagaimana menjadikan hidup lebih berkualitas dan tentunya bermanfaat bagi orang lain?? Jawabannya adalah dengan mengenali potensi yang Allah berikan pada kita. Dari potensi itulah berbagai ragam kebermanfaatan akan muncul, dan hidup berkualitas akan diraih. Setiap orang diberi Allah "tools" ini. Jika mereka dapat menguasainya maka mereka akan menjadi pribadi yang duduk pada level atas. Pemberi manfaat bukan penerima manfaat apalagi perusak manfaat.

Pertanyaan selanjutnya adalah bagaimana mengenali bakat atau potensi kita? jawabannya ada beberapa cara yaitu:

Caranya  mudah pertama, yaitu mengenali potensi kita  dengan melihat passion kita terhadap sesuatu. Karena passion  ini adalah clue untuk menemukan tahapan bakat kita selanjutnya. Passion disini adalah rasa nikmat, cinta, klop, cocok dan bersinergi pada apa yang kita kerjakan. Bukan hanya sebatas kata suka, namun lebih dari itu. Kita kadang terjebak menganggab apa yang sering kita lakukan sebagai sebuah hobi kemudian  kita berasumsi bahwa inilah bakat kita, padahal hobi bisa saja bukan bakat sebenarnya. Sebagai contoh antara menulis dan melukis, kita sering melakukan kedua hal ini, sehingga kita anggap hobi. Namun ternyata diantara dua hobi ini Allah hanya turunkan satu bakat sejati pada salah satunya saja. Yang kita harapkan adalah kita menemukan satu yang sejati itu. Acuan awal kita melihat hobi kita sebagai bakat adalah pada passion . Maksudnya adalah hobi tersebut benar-benar merasuk sampai pada hati kita. Kesukaan melakukannya tidak pada level biasa-biasa saja, kadang semangat kadang bosan, melainkan sampai  pada tinggat kesukaan yang mengalir pada peredaran darah. Kucuran cinta dalam melakukan kegiatan tersebut begitu luar biasa, begitu antusias. Seperti tak ada kenal lelah dan bosan. Nah, jika sudah demikian kita sudah mendapatkan clue pertama dalam menemukan bakat sejati.

Cara mudah kedua adalah,........


bersambung.......


Komentar

  1. Setuju sekali mas junaidi. Saya baru menemukan passion setelah memasuki usia 30an. Setelah merasa harus berdamai dengan bosan, mood yang suka berantakan. Ternyata berdamai itu bukan sesuatu yang "harus" diusahakan ada. Karena setelah bertemu passion kita damai datang bahkan sering menjadi semangat yang membara untuk terus mengerjakan passion kita. #jadi curcol panjang :D . Ditunggu tips selanjutnya yah. :)

    BalasHapus
  2. betuuuuuullll...ditunggu lanjutannya

    BalasHapus
  3. betuuuuuullll...ditunggu lanjutannya

    BalasHapus
  4. Wihhh wihh setuju Mas. Ditunggu kelanjutannya. Saran aja, paragrafnya dikit saja janga terlalu panjang biar enak.

    BalasHapus
  5. Wihhh wihh setuju Mas. Ditunggu kelanjutannya. Saran aja, paragrafnya dikit saja janga terlalu panjang biar enak.

    BalasHapus

Posting Komentar