Bakat Sejati (3)


Dalam tulisan sebelumnya:



Maka hal berikutnya untuk menemukan bakat sejati adalah dengan bertanya pada orang lain, mendengarkan pendapat orang lain tentang diri kita, melihat sikap prilaku mereka terhadap kebiasaan-kebiasaaan kita, serta tanggapan-tanggapan yang muncul. Sebagaimana para atlet sepakbola, kemenangan dalam bertanding bukan atas dasar skill menguasai bola saja. Sepakbola adalah olahraga team yang butuh kekompakan dan  penyatuan potensi. Mereka dapat menempatkan potensi mereka masing-masing karena adanya pelatih yang mengamati. Sang pelatih lebih paham dan mengetahui bakat yang muncul dari dalam diri muridnya. Benar semua dapat bermain bola, namun tidak semua ditempatkan sebagai penyerang. Sang pelatih tahu dimana menempatkan penyerang, back, dan keeper pada posisinya.


Oleh sebab itu kita butuh mata orang lain untuk melihat sisi-sisi lain dalam diri kita. Karena terkadang orang lain lebih mengetahui sisi-sisi kekurangan dan kelebihan potensi kita yang tidak kita ketahui dari pada diri kita sendiri.

Pendapat dan masukan orang lain akan sangat penting sebagai bahan pertimbangan terhadap bakat mana yang benar-benar kita kuasai. Indikasi hal tersebut biasanya dirasakan oleh orang lain. Kadang orang lain mengatakan, "wah kamu bagus membuat design". Yang lain mengatakan, "kalau urusan masakan sama dia deh.. pasti jagonya". Nah hal-hal dari  pandangan manusia tersebut bisa menjadi pertimbangan dari bakat kita. Apakah bakat sejati kita sudah sampai manfaatnya dan buahnya kepada orang lain. Jika orang-orang sudah dapat merasakan dan menikmati manfaat dari bakat kita. Maka semakin jelas kita kepada Bakat sejati kita. Bakat yang diberikah Allah yang ditujukan untuk menjadi manfaat bagi orang lain. Itulah potensi sejati. Itulah bakat sejati. Modal utama yang Allah berikan agar kita dapat beramal dengan maksimal dan professional. Agar terjawab bahwa benar kalimat, barang siapa yang ditempatkan tidak pada tempatnya maka tunggulah kehancurannya.

Dengan demikian menemukan bakat sejati dengan sungguh-sungguh dan benar adalah keharusan, sehingga  kita bukan orang yang membuat kehancuran melainkan kita adalah orang yang benar pada tempatnya, benar pada potensinya, benar pada bakatnya, benar pada modal terbesarnya. Hingga bakat sejati tersebut membuahkan manfaat yang besar  yang tidak tanggung-tanggung manfaatnya bagi manusia sekian alam.



Komentar

  1. Menemukan bakat sejati...sampai skg...masih berusaha...heehhe... nice post mbk

    BalasHapus

Posting Komentar