Dalam tulisan sebelumnya:
Maka hal berikutnya untuk menemukan bakat sejati adalah dengan bertanya
pada orang lain, mendengarkan pendapat orang lain tentang diri kita, melihat
sikap prilaku mereka terhadap kebiasaan-kebiasaaan kita, serta
tanggapan-tanggapan yang muncul. Sebagaimana para atlet sepakbola, kemenangan
dalam bertanding bukan atas dasar skill menguasai bola saja. Sepakbola adalah
olahraga team yang butuh kekompakan dan penyatuan
potensi. Mereka dapat menempatkan potensi mereka masing-masing karena adanya
pelatih yang mengamati. Sang pelatih lebih paham dan mengetahui bakat yang muncul
dari dalam diri muridnya. Benar semua dapat bermain bola, namun tidak semua
ditempatkan sebagai penyerang. Sang pelatih tahu dimana menempatkan penyerang,
back, dan keeper pada posisinya.
Oleh sebab itu kita butuh mata orang lain untuk melihat sisi-sisi lain
dalam diri kita. Karena terkadang orang lain lebih mengetahui sisi-sisi
kekurangan dan kelebihan potensi kita yang tidak kita ketahui dari pada diri
kita sendiri.
Pendapat dan masukan orang lain akan sangat penting sebagai bahan
pertimbangan terhadap bakat mana yang benar-benar kita kuasai. Indikasi hal
tersebut biasanya dirasakan oleh orang lain. Kadang orang lain mengatakan,
"wah kamu bagus membuat design". Yang lain mengatakan, "kalau
urusan masakan sama dia deh.. pasti jagonya". Nah hal-hal dari pandangan manusia tersebut bisa menjadi
pertimbangan dari bakat kita. Apakah bakat sejati kita sudah sampai manfaatnya
dan buahnya kepada orang lain. Jika orang-orang sudah dapat merasakan dan
menikmati manfaat dari bakat kita. Maka semakin jelas kita kepada Bakat sejati
kita. Bakat yang diberikah Allah yang ditujukan untuk menjadi manfaat bagi
orang lain. Itulah potensi sejati. Itulah bakat sejati. Modal utama yang Allah
berikan agar kita dapat beramal dengan maksimal dan professional. Agar terjawab
bahwa benar kalimat, barang siapa yang ditempatkan tidak pada tempatnya maka tunggulah
kehancurannya.
Dengan demikian menemukan bakat sejati dengan sungguh-sungguh dan benar
adalah keharusan, sehingga kita bukan
orang yang membuat kehancuran melainkan kita adalah orang yang benar pada
tempatnya, benar pada potensinya, benar pada bakatnya, benar pada modal
terbesarnya. Hingga bakat sejati tersebut membuahkan manfaat yang besar yang tidak tanggung-tanggung manfaatnya bagi
manusia sekian alam.
Menemukan bakat sejati...sampai skg...masih berusaha...heehhe... nice post mbk
BalasHapuskeep spirit..
Hapussalam odop.